Kekhawatiran atas ketegangan perdagangan global mulai mereda, memberikan peluang bagi nilai tukar rupiah untuk menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Menurut Lukman Leong, seorang analis mata uang dari Doo Financial Futures, tren penguatan rupiah diperkirakan bakal berlanjut seiring dengan pelemahan dolar AS, yang dipengaruhi oleh berkurangnya ketidakpastian terkait perang dagang.
“Sikap Trump tidak dapat diduga dalam kebijakannya. Untuk saat ini, dia menunda tarif kepada Kanada dan Meksiko, namun sebenarnya masih belum diketahui apakah akan menerapkan tarif pada EU (European Union) yang bisa memberikan dampak besar,” ujar Lukman kepada ANTARA di Jakarta pada hari Rabu.
Keputusan Presiden AS, Donald Trump, untuk menunda penerapan tarif perdagangan terhadap Kanada dan Meksiko telah mengurangi ketegangan yang sebelumnya membebani pasar. Hal ini terutama disebabkan oleh upaya para pemimpin negara-negara tersebut, termasuk Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum, yang sepakat memperketat pengawasan perbatasan untuk menanggapi tuntutan Trump dalam mengatasi masalah imigrasi dan penyelundupan narkoba. Meskipun langkah penundaan ini memberi angin segar bagi pasar, ketidakpastian mengenai kebijakan tarif terhadap Uni Eropa (EU) masih menyisakan kekhawatiran, karena Trump menganggap negara-negara Eropa telah memberi perlakuan yang kurang menguntungkan bagi AS, yang turut memperburuk defisit perdagangan.
Kondisi tersebut turut memberi pengaruh terhadap pelemahan dolar AS, membuka jalan bagi rupiah untuk menguat. Selain itu, adanya data dari Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) yang menunjukkan penurunan dalam jumlah lowongan pekerjaan AS turut memperburuk pandangan terhadap kekuatan ekonomi Negeri Paman Sam. Tercatat, pembukaan lowongan pekerjaan AS tercatat sebesar 7,6 juta, lebih rendah dari perkiraan yang mencapai 8 juta. Data ini menambah ketidakpastian mengenai daya saing pasar tenaga kerja AS dan memberikan tekanan tambahan pada dolar.
Dari sisi domestik, Indonesia juga menunjukkan perkembangan positif. Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan akan mengumumkan hasil data Produk Domestik Bruto (PDB) yang diperkirakan tumbuh sebesar 0,5 persen untuk kuartal IV-2024 dan 5,2 persen year on year (yoy), yang memberi kepercayaan kepada pasar terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Hal ini mendukung penguatan nilai tukar rupiah.
Lukman Leong memproyeksikan bahwa pada hari ini, nilai tukar rupiah diperkirakan akan berada pada kisaran Rp16.300 hingga Rp16.400 per dolar AS. Pada saat pembukaan perdagangan hari Rabu di Jakarta, rupiah tercatat menguat hingga 51 poin atau 0,31 persen menjadi Rp16.300 per dolar AS, dibandingkan dengan sebelumnya yang berada di level Rp16.351 per dolar AS.
Dengan meredanya ketegangan perang dagang dan stabilitas ekonomi domestik yang semakin kuat, para pelaku pasar optimistis akan keberlanjutan penguatan rupiah dalam beberapa waktu mendatang, meski ancaman kebijakan tarif masih dapat memengaruhi dinamika pasar global